Rabu, 06 Juni 2012

SUAMIKU TERCINTA

Suamiku tercinta


     Saat senja menjemput dia selalu pulang kerumah ini untuk menemuiku beserta ke dua buah hati kami (Kantona&Sakti). Nama yang telah kami berdua sepakati, setelah 9 bulan aku mengandung mereka berdua dan ku lahirkan secara sesar. Aku hanya mencintai dengan tulus dan ikhlas 4 lelaki di hidupku, mereka adalah ayah, suami dan kedua anak ku.
     Pernikahan adalah sesuatu yang sacral bagiku, hujan akan turun namun semua sirna akan hadirnya cinta kita yang ikhlas serta tulus. Pagi menjelang siang itu, 10 januari 2007 aku telah mengikat janji sehidup semati dengannya, akan kuterima sebagai istri dengan apapun yang menimpa dirinya, kekurangan dan kelebihannya, dan seluruh hidupku akan berjalan dengannya.
     Sebelumnya aku telah bekerja di salah satu SMP swasta didaerah kotaku, sebelum aku mengikat janji sehidup semati,mau tidak mau aku harus meninggalkan pekerjaanku serta keluargaku dan membina rumah-tangga di salah satu perumahan di Solo yang telah dia beli untuk tempat tinggal kami. Karna aku mengidolakan suami yang sudah punya rumah sendiri sebelum nikah. Dan dia lolos dalam persyaratan itu.
     Setelah satu setengah tahun pernikahan kami berjalan, munculah buah hati kami yang pertama kami sangat bahagia begitu Kantona nama yangtelah kami sepakati sebelum lahir. Namun aku sempat merasa gagal menjadi seorang ibu karna aku melahirkannya dengan sesar tidak normal. Karna ibu mertuaku sempat bilang jalan utama menjadi seorang ibu yang benar-benar berhasil adalah melahirkan anaknya dengan normal dari rahimnya tanpa sebuah oprasi. Disaat aku merasa gagal suamiku tercinta selalu berkata, kita akan tetap bahagia. rumah akan ramai dengan suara tangisan atau senyuman anak kita nanti, kau tetap menjadi ibu yang berhasil dari bayi yang lahir dengan sempurna ini.
     Rumah kami yang biasanya hanya mendengarkan serta menyaksikan obrolan kemesraan kami sekarang sudah berbeda karna sudah ada Kantona dirumah ini dan meramaikan rumah ini, saat Kantona berusia dalam satu tahun tiba-tiba ada janin yang muncul lagi dirahim ku, karna aku merasa terlambat datang bulan. Kami putuskan untuk periksa kedokter dan aku dinyatakan positive hamil.
     Aku melahirkan anak kedua kami dengan sesar lagi dan Sakti lah nama yang telah kami pilih untuknya, dan lagi-lagi ibu mertua berkata aku gagal lagi menjadi seorang ibu yang berhasil, namun suamiku tetap setia menemaniku dan berkata jangan hiraukan kata-kata itu.
     Rumah menjadi berbalik sudah seperti mall stelah kami ber 4 berkumpul dirumah ini.
     Namun disaat keluarga kami benar-benar sempurna, ekonomi keluarga kami lah yang sedang cacat! Hotel tempat dimana suamiku bekerja sudah tidak bisa menggaji seluruh karyawan. Sempat down ketika suamiku pulang kerja dan mengatakan padaku ketika anak-anak sudah pada terlelap. Saat ini hanya aku yang bekerja dan bertukar pekerjaan bersama suamiku, seluruh isi rumah beserta anak suamiku lah yang mengurusnya dan aku masih tetap menjadi seorang guru disalah satu SD swasta di solo, setelah mondar-mandir melamar kesana kemari  tepat dimana suamiku sudah tidak lagi bekerja aku telah diterima di SD itu,
     Tuhan memang begitu adil mengatur scenario hidup ini. Suamiku setiap hari tetap mondar-mandir mencari pekerjaan, kadang jika tubuh ini merasa lemah letih lesu sempat ku marahi suamiku, namun dia tetap membisu tak satu katapun keluar dari mulut indahnya.  Karna dia merasa tidak bisa menghasilkan uang. Aku sudah tidak penah lagi nyetlika mencuci piring mencuci pakaian nyapu dan ngepel aku sudah tidak pernah menyentuh itu semua. Hanya memasaklah yang aku lakukan setiap hariku. Setiap pulang kerja pekerjaan rumah sudah beres semua.
     Setelah setahun menjadi pengangguran UNS membuka lowongan dosen pariwisata dan itu tepat jurusan suamiku. Suamiku hanya D3 sempat dia ragu namun aku memaksa dia untuk mendaftar menjadi dosen itu, dan setelah semua persyaratan mendaftar sudah dikirim, seminggu setelahnya telah diumumin bahwa suamiku keterima dan akan dibiayai oleh UNS untuk transfer S1-S2. Sebuah keajaiban telah datang pada keluarga kami. Suamiku hebat telah mengalahkan semua orang yang sudah bergelar S2 sementara dia adlah D3.
     Kebahagiaan yang telah sirna itupun kembali datang dalam keluarga ini. Semua kehidupan berjalan lancer seperti waktu kami memikat perjanjian sehidup semati. Memang cinta itu seperti air, sangat dibutuhkan dimana saja, gratis. Tapi banyak yang tidak menghargainya. Aku sadar setelah suamiku diterima di UNS. Karna sebelumnya aku sering tidak menghargainya. Karna aku merasa aku yang mencari uang dalam keluarga ini.
     Tiba-tiba adik dari suamiku telfon bahwa di kudus ada lowongan pekerjaan dibank dan honor perbulan lebih besar dari seorang dosen. Malam itu ketika semua bintang menjadi saksi, dia berkata padaku bahwa dia ingin sekali mencoba melamar dibank itu.
Dan aku hanya menjawab               
     “Jika itu yang terbaik buat keluarga ini dari Tuhan, aku setuju.”
     “kamu rela kita berpisah rumah ma.”
     “Aku rela-rela saja, coba kau melamar dulu pa, jika diterima itulah yang terbaik dari Tuhan untuk keluarga ini.”

     Dan suamiku akhirnya  melamar pekerjaan itu, seminggu tepat setelah melamar telfon berbunyi dan itu dari bank itu dan menyatakan suamiku telah diterima dan bisa mulai kerja minggu depan. Hatiku sebenarnya gak kuat untuk membimbing kedua anakku hanya seorang diri tanpa ada suami dirumah, meskipun status dia tetap suamiku namun aku hanya dirumah ini sendiri dan berperan sebagai ayah dan ibu untuk kedua anakku.
     H-1 telah tiba dia berangkat dengan membawa beberapa pakaian yang telah aku tatakan rapi didalam koper merah itu. Dengan beberapa air mata yang terpaksa jatuh aku memilih dan menata pakaian itu dalam koper yang akan dibawanya, karna dia sedang mandi.
     Kantona dan Sakti menangis ketika dia hendak pergi dibawa oleh mobil merah itu. Aku hanya bermuka tegar dan membujuk anakku untuk tidak menangis didepan rumah kami, suamiku berpamitan denganku dan mengecup kening dengan beberapa air mata yang keluar dari matanya, sementara Kantona dan sakti telah dia peluk erat dengan wajah yang begitu merasa tidak sanggup meninggalkan rumah ini, namun ini hanya untuk meningkatkan segala sesuatu yang ada dalam keluarga kami. Aku yang berdiri dibelakangnya hanya melihat dengan perasaan campur aduk, tiba2 dia melangkah kebelakang bersama kedua anak kami dan dia memeluk erat kami semua, tangisan Kantona dan Saktipun semakin menggelegar suaranya.
     Sehari menjalani kehidupan tanpa dia adalah mati buatku, namun aku harus membimbing Kantona dan Sakti, aku harus bisa menjadi ibu yang serbaguna. Pagi buta-buta Segala pekerjaan rumah mulai dari menyapu-memasak aku lakukan sendiri sekarang. Tidak ada yang memanjakanku lagi. Kulakukan pekerjaan itu dengan rasa yang tidak karuan karna sudah lama aku tidak pernah melakukan pekerjaan itu. Kaki dan tangankupun banyak kegosongan atau banyak orang bilang bahwa itu adalah tanda kecapekan.
     Malam tiba dan aku berhasil menidurkan Kantona dan Sakti. Beberapa panggilan tak kujawab darinya karna aku tadi sedang menidurkan kedua anak kami. Kutelfon dia saat semua anak kami terlelap dan dia berkata dalam telfon itu
     “Gimana dengan hari ini, kerjaanku begitu lancar meski baru pertama kali masuk”.
     Aku meneteskan air mata dan ku jawab “Aku sedikit kelelahan karna harus mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri, aku butuh pembantu dan tugasku hanya membimbing Kantona dan Sakti serta mengajar dan memasak”.
     “Kalau begitu besok kamu nyari pembantu aja yang nginep dirumah kita, aku 2 minggu sekali akan pulang untuk menemuimu beserta buah hati kita”.
     “ya akan ku usahakan dan kutunggu selalu kepulanganmu”.
Kami mengobrol panjang lebar dan tidak sadar sudah jam 12 malam. Kami mengakhiri telfon itu dan sepakat untuk tidur. Aku hanya memandang wajah kedua anakku dan ku peluk guling saat hendak menutup mata. Untuk menyambut datang nya mentari.  Serasa ada yang hilang dalam hidup ini. Namun inilah takdir dari Tuhan untuk kehidupan rumah tanggaku dan latihan membuat rumah tangga yang sempurna, karna cobaan ini menandakan aku adalah istri yang kuat serta hebat.
     Selamanya aku akan terus mencintai suamiku, aku selalu menunggu di rumah ini beserta kedua anakku untuk kepulangannya kerumah ini. Love will find a way, Karna anakku membutuhkan kasih sayang seorang ayah. Like father, like son. So man proposes, god dispossess

1 komentar:

  1. Karena hidup adalah perjuangan detik demi detik yang dilewati... Saya tunggu novelnya beredar di gramedia dek iva...

    BalasHapus