Minggu, 09 Desember 2012

Change

November,
Kau sedikirt menakutiku,
Mungkin kau juga yang akan menyelmatkanku,
Aku 10% ragu,
Kau bulan yang terpilih untukku,
Aku mohon, hilangkan debu dikedua bola mataku ini,
Seriuslah seperti semut saat bertemu dengan kawan-kawannya,
Aku hanya sebatangkara yang menggantung kepadamu,
Kau bulan yang telah mlahirkan ibu dan kakak keduaku,
Aku meninggalkan kos yang free itu,
Aku mulai pingitan,
Aku meninggalkan dunia malamku,
Aku yang dulu bercita-cita seperti ini,
Dan akhirnya Tuhan mengabulkan segala inginku disini,
Aku yang akan berbeda dilusa.


Doloe

Dia yang secara tidak sadar melengkapimu,

Dia yang selalu kau ajak untuk mengelilingi 3 warna senja itu,

Dia yang merekam segala masalah hidupmu,

Dia yang mengangkat daun-daun yang berguguran itu,

 Aku tetap menjadi mawar putih,

Aku tidak akan pernah mengubah diriku menjadi mawar merah berduri seperti dirinya,

Aku akan tetap menunggu kesempatanku bicara,

Untukmu yng doloe terimakasih,

Untuk segala hal yang pernah kau berikan untuk mengembalikanku bisa berjalan normal lagi,

Aku hanya ingin kau memberikanku satu alasan untuk tetap bertahan melihat indah hidupmu bersama dia,

Jangan paksakan aku untuk memberikanmu 1000 cambukan sebagai alasan aku masih menunggumu bicara.

Minggu, 28 Oktober 2012

Debu Jahat

Saat kau lanjut usia, aku mengira kau masih tetap menimangku,
Kau akhiri hidup ini,
Sumur dirumahmu juga kekeringan,
Kita memboyong segala kotoran itu dalam ember merah,
Tidak menyalahkanmu, kenapa kita tidak bisa sepertimu,
Bukan karna kau memanjakan kita,
Sajak indah diruang tamu,
Tidak hanya hancur karna debu,
Aspal  yang terus saja menanam emosi dalam rumah kita,
Sajak dikala senja untuk teras kita,
Aksara disaat sinetron malam ruang tv kita,
Figura yang tetap saja diam dan berdebu,
Milk yang selalu kudapatkan dikala senja beliau berjalan pulang,
Bahkan yakult untukku setiap sore hari,
Gule weekend  yang selalu menjadi upacara pagi kita,
Kenangan yang tersapu dengan debu,
Kita tetap berjuang untuk hidup yang tidak mudah ini.

Kamis, 27 September 2012

Sudut

Dosa saat senja itu mulai mengartikan jatidiri ini,
Perempuan bergerak menuju gedung-gedung tertinggi itu,
Bukan semua sudut yang dia hasilkan,
Namun semua sudut itu yang menghantarkan segala langkahnya,
Hanya kita yang mengerti,
Tanpa satupun alasan dari mereka,
Mereka yang menyudutkan kita kesemua sudut gedung itu,
Kawan yang kejam,
Kawan yang sadis,
Kawan yang menikam,
Kawan yang menangis,
Hai, itu semua cara berfikir masing-masing, bukan?
Dan bukan aku yang melenyapkannya,
Perhatikanlah kedua sudut mata dari jalan hidup yang ku tempuh ini.

Rabu, 19 September 2012

Bukan keduanya

Ada atau tidak ada itu sama saja,
Bercahaya selamanya juga tidak akan indah,
Sederhana itu indah juga tidak yang ku dapatkan,
Mencari uang dengan tenaga sendiri juga belum kulakukan,
Parasit terhadap kakak,
Plagiat terhadap kakak,
Bahkan bait setiap kata orang juga tidak,
Yang kurang kasih sayang, pasti selalu bercahaya,
Yang selalu mendapat kasih sayang, pasti hanya seadanya,
Aku hanya tidak dengan keduanya,
Tuhan, aku tidak menyesal untuk dilahirkan seorang ibu yang telah berpulang duluan dariku,
Tuhan, aku hanya menanyakan beberapa hal saja,
Ini memang masih ujian buatku,
Akan indah pada waktunya,
Dan aku masih menanti,
Bukan kasih sayang, bukan juga bercahaya,
Lalu, Kau selalu merangkulku lebih dari yang lain.

keikhlasan

Menikahlah,
Aku sudah bisa hidup sederhana sekarang,
Apapun yang kau putuskan,
aku akan setujui dengan Juno (ratu angkasa dan dei perjodohan),
aku sudah bosan beralasan untuk semua temanku dengan angka 27,
Mami juga akan lega melihatmu menikah,
Jangan melangkah tanpa hati,
Aku juga sudah dewasa,
Memang selalu meniru apapun tentangmu,
Tapi sudah bisa mengatur hidup sendiri,
Percayalah, segeralah menikah
Demi masadepanmu :*

Lelaki lucu

Aku hanya bercanda, dan dia menyikapinya dengan serius,
Ucapan mulutmu yang tanpa dosa dihadapan semua temanmu,
Hai, Sakitnya minta cintamu,
Aku tidak begitu mengharapkanmu,
Aku juga merasa tidak ke GRan,
Aku tau aku wanita yang bukan impianmu,
Kamu juga bukan lelaki harapanku,
Cuman, aku tidak bisa melihatmu mencumbu wanita lain dihadapanmu,
Kamu sih,
Sok absurd,
Aku tidak melulu harta,
Jika alasanmu tidak bisa mencintaiku karna materi,
Jangan hiraukan besok itu gimana,
Jangan juga merasa kau bisa selamanya serius,
Harusnya kita jalani dulu,
Mesti tanpa bersatu, lihatlah hatiku dulu.
 

Satukan Mereka

Ibumu terdampar diayahmu,
Ibumu berenang dengan benang cinta ayahmu,
Ibumu yang tegar karna ayahmu,
Ibumu yang bersakitkan karna  ayahmu,
Sayang,
Mereka hanya tak tau sesungguhnya arti kehadiranmu serta adik perempuanmu,
Mereka lupa apa arti mereka dalam komitmen pernikahan,
Kau satu-satunya lelaki terhebat,
Jangan debatkan masalah ayahmu,
Sesungguhnya mereka membutuhkanmu,
Rangkulah mereka dengan jemarimu,
Hilangkan cairan yang berada dihati ayahmu hingga membusuk itu,
Matahari yang terbit disepanjang tahun,
Hubungan yang sudah bertahun-tahun,
Pakaikan segala peralatan wanita itu untuk ibumu,
Dengarlah, segala sesuatu itu,
Dia tetap ayahmu di sepanjang hidupmu,
Teruslah mengejar arti yang ada,
Jangan hiraukan tangan dan kaki yang melukai ayahmu,
Hiduplah untuk ayah ibu dan adik perempuanmu,
Kau satu-satunya perubah nasib mereka dari Tuhan.


Rabu, 29 Agustus 2012

jalan yang indah

Sejarahnya memang sudah selalu Kau atur disetiap kelahiran,
Termasuk kematian itu,
Seperti hanya dia yang selalu berjalan menuju tikungan,
Hanya jalan dan tidak dia ketahui sedang ada mobil melaju dahsyat,
Hingga tercabutlah nyawa itu,
Meninggalkanku,
Kekuranganku,
Rasa syukurku,
Masa depanku,
Perlahan sakit yang terjadi dan memang waktu yang akan menghakimi,
Semua menyadari bahwa itu berputar,
Namun kau mengirim rasakan itu kepadaku hanya tinggal diangka 16,
Embun itu mengusik rumput memang tanpa rasa,
Usia yang belum menyatukan utuk dunia seperti layaknya,
Sulitnya melaluinya,
Takdir yang kau tetapkan untukku,
kejutan setiap pagi yang selalu membuka kedua mata indah ini,
dan menjalankannya lagi.

Sabtu, 07 Juli 2012

Lonely

Saat semua menghilang,
Tak ada satupun disini,
Duri menemanipun tak apa harusnya,
Tapi Tuhan kau tetap saja menyuruhku untuk sendiri dan mandiri,
Bukan mengelak takdirmu saat ini,
Aku hanya butuh beberapa lembar seperti makalah itu,
Rumah-rumah bisu itu,
Benda-benda mati ini,
Selalu saja tak punya jawaban untukku,
Namun tetap saja melangkah,
Bengkak atau tidak itu selalu saja dibelakangku,
Bukan minat rasa untuk dimanja,
Bukan juga tentang mandiri,
Sudah tak terhitung tentang airmata yang jatuh,
Muak untuk menutupinya,
Salah tingkah yang berlebihan,
KAU masih saja menuyuruhku untuk tetap bertahan,
Selalu saja memandang langit yang terang itu dengan kepala batu,
Memang banyak yang hadir,
Tak semudah seperti dulu,
Keadaan juga sudah tak sama,
Rapuh dan jenuh,
Tidak untuk diri ini,
Hanya untuk beberapa arah jam yang mati itu,
Lalu KAU menyuruhku untuk menghidupkannya pula?
Bukan hanya seperti kapas putih dihatiku yang bisa hidup tanpa cahaya apapun.

Minggu, 01 Juli 2012

Sejak Dini

Kala senja itu selalu datang,
Diri ini selalu saja bertanya,
Berfikir tentang kata-kata walikelas saat SMA,
Aku itu tidak boleh parasit terhadapmu,
Memang ini jalan dari Tuhan untukmu menghidupiku,
Namun aku memang selalu saja menakuti itu,
Kalau bulan sudah menyinarkan cahayanya,
Cahaya yang seindah wajahmu itu,
Aku selalu saja menentang takdir lagi,
Kenapa harus secepat ini mereka meninggalkanku,
Aku ini butuh segala kasih sayangnya,
Dia selalu mengatur segala hidupku, pakaianku, memilih teman dan pacar,
Sekarang?
Apa yang bisa ku lakukan?
Sesekali sadar itu memang sering,
Namun labil ini begitu keterlaluan,
Disaat semua bercerita tentang itu,
Aku hanya mengalihkan pandangan,
Sesekali hanya tersenyum dan mengiyakannya dengan palsu,
Lusa aku juga harus bersama siapa?
Tidak bisa dengan matahari terbit dan tenggelam,
Ada bulan, planet dan masih banyak lainnya,
Dan harusnya kau yang memilihkannya untukku,
Aku tidak akan berkata “Tidak” pasti ku iyakan,
Aku itu begitu mencintaimu,
Namun dewasaku itu seperti maut,
Aku lelah, aku masih saja terlalu dini,
Tapi aku yakin akan ada yang indah nanti,
Saat ini aku hanya sedikit tidak bisa menerimanya,
Berfikir, tegar, sabar, mandiri seperti sekarang yang akan berlanjut usiaku itu tidak mudah,
Mami, ayah, kedua kakak ku, merekalah orang-orang penting dalam hidup ini.

Jumat, 29 Juni 2012

Sahabat Diana

Hari demi hari selalu mengikuti kita,
Memang salahku yang memakai tubuh ini untuk motor,
Bukan motor untuk tubuh ini,
Hingga akhirnya kau dan aku selalu saja bersama,
Tuhan memang adil,
Begitu adilnya hingga Maha membolak-mbalikkan perasaan,
Hati ini seperti berkata lain,
Memang kau yang selalu mengerti aku disaat semua berkata tentang
Harta,
Ibu,
Juga Ayah,
Perhatian itu kenapa kau bagi juga dengannya,
Persamaan ini terlalu banyak,
Hingga akhirnya aku tak sanggup kau madu,
Ditengah indahnya kehijauan itu kau selalu menyanyi untukku,
Kita juga menemukan jalan pintas untuk pulang kerumah ini,
Absurd itu selalu saja datang dihati kedua kita,
Aku memang harus tegas seperti memilih sahabat seperti Ucup dan saat ini kau,
Kau yang terdekat,
Namun kau juga tak bisa tegas seperti Ucup,
Ini bukan membandingkan,
Aku hanya tak ingin kita berpisah,
Aku ingin kita abadi tanpa kau dimiliki orang lain selain diriku,
Jangan kau menggumam tentangnya,
Itu membuatku sakit hati,
Kau sudah lupakan masalalumu,
Tapi jangan kau memadu kasih dengannya dihadapan 2 bola mataku,
Jangan kau tunjukkan romantic yang lebih selain dengan diriku,
Aku tak mau ada hati lain selain diriku,
Aku memang tidak pernah berfikir untuk bercinta diluar angkasa denganmu,
Namun aku juga tak rela kau memilih siapapun selain diriku,
Aku menodai persahabatan ini,
Aku yang terlalu egois untuk mengatur bergaulmu,
Aku yang membatasi segala hal tentangmu,
Aku juga yang memperkenalkanmu terhadap mereka,
Jangan kau memisahkan diri ini denganmu karna mereka
Jangan kau berubah seperti sebelumnya,
sebelum kau ku perkenalkan dengan mereka.

M.O Diana

Pekerjaan ini memang bukan seberapa,
Bekerjaku juga bukan semena-mena,
Aku selalu menghargai apapun yang kau berikan Tuhan,
Dan itu pasti,
Namun,
Saat purnama kala itu datang,
Kau takdirkan aku untuk menjemput perempuan berhati baja itu,
Si ratu tega itu,
Memang harta tidak sepenuhnya berlimpah di hidup ini,
Namun perasaan ini selalu saja untuknya,
Bercermin dengan fotonya adalah kegiatan terbaikku,
Tapi Tuhan menyatu dengan jemarinya adalah yang kunanti,
2 tahun itu bukan waktu yang singkat untukku mengenalnya,
Selalu saja ku memadu kasih dengannya,
Saat ku tanya, aku memanglah yang bodoh,
Kita memang tidak akan pernah menyatu,
Sampai akhirnya,
Aku menyatukan diri dengan minum-minuman keras yang Kau benci,
Aku melawan takdirMu, Tuhan,
Dan sekarang,
Lihatlah aku dengan segala kebaikanku,
Saat fajar mulai datang kembali, menyambut esokmu,
Ku buka semangat baru ini, untuk memajukan keluarga tercintaku.

Selasa, 26 Juni 2012

Kita Diana

Pagi-pagi buta dia sudah menjempuku,
Senja datang dia memulangkanku,
Gosip itu tak pernah lepas dari mulut-mulutnya,
Bertanyaku, apa berkawan harus dengan sejenis?
Tuhan hanya kau yang tau berapa jumlah teman perempuanku,
Kau selalu mengirimkan sahabat terbaikku adalah lawan jenisku,
Aku bersyukur kepadamu telah kau kirim sahabat untukku,
Cincang mulut mereka yang selalu saja berfikir condong tentang kita,   
Kita juga heran kenapa setiap saat selalu bersama,
Kita juga heran kenapa sifat kita hampir sama,
Kita juga heran kenapa sama-sama anak nomor 3,
Kita juga heran kenapa sama-sama bertubuh besar,
Kita juga heran kenapa sama-sama bermotor warna biru,
Kita juga heran kenapa waktu aku dirawat dirumah sakit harus dia yang menyodorkan alat untukku kencing.
Tuhan bagaimana nanti aku dikenang oleh dia,
Tuhan sampaikan tulisan ini jika perasaan risih ini mulai dating diantara kita,
Namun Tuhan aku yakin kita akan bersama, aku mohon Tuhan jangan tanamkan segala rasa apapun kecuali seperti sekarang,
Terima kasih Tuhan.

28 Diana

Mi …
Bibir ini bisa mengucap panggilan itu sejak senja,
Saat  kau berada dirumah tetangga,
Sejak aku dibangku SMP,
Mi …
Kaki ini enggan untuk berada dirumah kita,
Kaki ini terlalu lelah untuk mengurus rumah kita,
Kaki ini tetap saja masih di Solo,
Mi …
Kau pasti inginkan kedatangan diri ini, meski tanpa kaki,
Undangan tahlilan itu tidak lagi dengan kaki ini yang menyebarkannya,
Rumah itu juga tanpa kaki ini,
Mi …
Memang semua berbeda sejak datangnya Solo dihidup ini,
Namun, aku masih saja tetap ingin meninggikan rumah itu,
Selalu sesuai inginmu, juga tugas untukku,
Mi …
Tidak ada hati untuk tidak pulang kerumah itu seperti mahasiswa yang lain,
Pertama kali ini aku tidak menghadiri Doa besama untukmu,
Aku pasti akan kembali dirumah dengan memamerkan tongkat besi ini,
Mi …
Kakak kerepotan pasti tanpa satu anak yang lain yang mendampingi acara Doa mu,
Kakak juga tidak ada kawan untuk hari-H mu besok,
Kakak hanya bersama paman busuk kita,
Mi …
Tidak ada tangis dengan wajah kebawah nanti,
Hanya sedikit sepi,
Tanpa aku dengan anak pertamamu juga ke2 cucu nakalmu,
Mi …
Bukan hanya aku yang selalu merindumu,
Cucu mu lebih berani untuk merindu ayunanmu,
Lebaran pasti ramai rumahmu,
Mi …
Untuk tanggal 28 sesuai tanggal saat aku keluar dari rahimmu,
Aku meminta maaf dengan kaki melelahkan ini,
Semoga rencana Tuhan luar biasa malam nanti.

Kamis, 21 Juni 2012

Darling Diana

darling,
jangan takut aku akan berpaling,
darling,
aku memang tidak sesetia dirimu,
namun darling, hati ini tetap saja komitmen untukmu,
darling,
jarak itu memang memisahkan kita,
darling,
kita juga baru berumur jagung,
darling,
kau tetap orang kedua setelah kedua kakak ku yang selalu menguatkanku,
darling,
kau selalu saja terima kaki ini,
darling,
setiap perbuatan kita selalu saja hampir sama,
darling,
ingat lah saja lagu chirstina perri A thousand years,
darling,
godaan bersamamu memang bagai jalan menuju surga,
darling,
aku mencintaimu.

Bunga harapan Diana

Janji itu datang lagi,
Aku memang sudah lama menantinya,
Mulutmu akhirnya kebuka juga dari singa itu,
Aku tetap saja berdiri, masih tetap seperti dahulu,
Saat semua terlelap, aku masih saja menyimpan asa,
Aku mau kau merengkuh seribu rangkulku,
Sayang, masih samakah perasaan kita sedulu kala,
Sayang, kau tau itu selalu saja dimulut  kita,
Saat telpone berbunyi, sayang sudahkah kau tidur?
Kau selalu saja menjawab aku tak  pernah sekalipun memejamkan mata ini,
Sayang tegaskan hati kita lagi,
Sayang kenangan itu dibawa malaikat lagi dibenak kita,
Sayang jangan nodai pasangan kita masing-masing,
Sayang kita sudah sama-sama memilihnya, bukan?
Sayang dia lebih dari kamu, dia juga lebih dari aku,

Bila Waktu

Ingin ini datang setelah 35% keadaan semula telah menjemput,
gosip itu pasti akan terjadi lagi,
katroknya dunia temanku, atau bebasnya dunia mainku,
Tuhan aku tidak lupakan sapa untukMu,
Tuhan bimbing aku untuk selalu memakainya dengan benar sesuai surat-surat di Al-qur'anMu,
ketidakpastian bicaraku selalu saja ku perdebatkan dengan hati,
namun hati selalu saja tiap siap menerima umpan ini,
Tuhan siapkan mental untukku memakainya setiap hari,
tuntun hatiku mulai saat ini,
jka memang belum saatnya,
persiapkanlah dihari esok,
aku akan tetap saja menunggunya,
mental ini serasa belum sepenuhnya,
rambut ini selalu saja melihat dunia,
baju pendek itu selalu saja menarikku,
celana panjang ini yang masih saja menguatkanku,
Tuhan aku masih menunggu rencana esokmu untuk tubuh ini.

Rabu, 20 Juni 2012

Ayah Diana

Kulirik alat yang bisa buatku jalan siang tadi,
tubuh yang 1 bulan terus dirumah.

Bekas operasi yang bagus, namun kau terserang diabetes,
mata ini tetap saja melotot ke arah muka dokter tampan itu.

Aku entah kakak yang salah atau keturunan penyakit itu yang salah,
hanya telinga saja yang salah.

Diabetes itu datang kekita kak, itu pasti,
bukan salah Ayah kan kak?

Ayah maafkan aku yang sedikit lupa akan kenangan indah bersamamu,
Ayah maafkan aku yang sempat membencimu karna kau tidak sepenuhnya berada di hidup ini,
Ayah kami kebingungan mencari wali nikah kita besok,
Ayah seluruh adikmu itu tidak saudara tulus kita setelah kau pergi,
Ayah kali ini akan ada yang abadi dari kita,
Ayah kau tak perlu cemburu jika aku terlalu membanggakan Ibu,
karna Ibu lebih lama bersamaku,

Ayah sudah 8 kali Lebaran tanpamu,
daging Kerbau kesukaanmu,
babat yang selalu khas untukmu,
hati sama jantung Kerbau yang selalu kau santap,
kita tetap adakan itu sampai Lebaran telah berakhir,
namun Ayah kau yang memulai pergi dari keluarga ini,
Ayah datanglah kemimpiku sekali saja untuk mengenalmu lagi,
Ayah kami tetap anakmu sampai mati.
 

Cinta Busuk Diana

Menjadi kekasih hatimu itu tak pernah terbayang olehku,
Lewat radio kau titip salam buatku,
Ingusan itu kulalui denganmu,
Berangkat sampai pulang kau juga tetap menemaniku,
Kau juga yang membuat lara hati ku,
2 sampai 3 tahun itu sebenarnya musibah bukan cinta,
Kau yang pertama mengisi hatiku,
Kau juga yang pertama melukaiku,
Seluruh hidupku,
Seluruh orang tersayangku,
Seluruh dunia
Dan seluruh nya membencimu,
Kau datang dengan warna tiga senja yang indah itu,
Namun kau pergi dengan pisau yang mengiris hatiku,
Aku tidak lagi mencintaimu, membanggakanmu, juga mengenalmu sedulu kala,
Aku tetap memilih keluargaku dari cinta busuk kita,
Aku mengenal kakak ku dari cinta busuk kita,
Invite delcont, invite delcont.
Kau tau, aku sudah diberi Tuhan kekasih yang saat ini denganku,
Yang dulu kudamba, ku dapatkan sekarang,
Yang lebih segalanya darimu,
Cinta busukku!

Kasih Diana

kasih bukan begitu tatapan mata kita semalam,
kasih hujan itu telah menunggu kita lagi,
kasih kisah kita yang bodoh,
kasih yang tak pernah menyatu,
kasih bukan setiap sore kita memadu,
kasih …
saat senja menjemput,
kasih …
saat berada dalam harimu,
kasih …
kau memilihnya,
kasih …
aku sekarang cacat, kau tetap saja memilihnya,
kaki ini memang tidak seindah lekuk tubuhnya juga panjang rambutnya,
namun kasih,
cinta sama bodoh itu beda tipis,
4 tahun sudah aku mengenalmu, menyayangmu sampai sempat membencimu,
Kau tetap saja bersamanya,
Kasih sadarlah,
Cinta itu memberi bukan meminta lebih,
Kasih aku menyayangmu,
Kasih,
Tidak ada yang abadi selama kita bersama,
Namun kasih,
Meski cinta kita tak abadi, tulisan ini yang akan mengabadikannya,
Kekasih jauhku

Senin, 18 Juni 2012

itu Dia

kaki ini tak bisa bergerak sesaat diangkat oleh pria itu,
kursi itu, bantal itu penuh darah dari kaki yang sempat mati 12 jam itu,

berjuang sendiri,
diruangan sendiri,

bahkan sendiri itu juga sempat mematikanku,
pisau itu selalu mengundangku untuk memanjakannya dengan tubuhku,

namun Tuhan lebih kuat dari apapun yang ada diruangan itu,
saat aku keluar dari kepengecutanku,

teman terdekat sendiri,
bagai duru dalam diri,

menampar situasi,
bahkan menampar semua yang kusayangkan.

sampai akhirnya Tuhan,
menunjukkan dia bukan teman yang baik untukku,
TERIMAKASIH kawan lawanku.


kamu juga mereka

Memendam sendiri itu lebih indah.
terpuruk sendiri itu tidak merepotkan,
bernyanyi sendiri itu kelihatan merdu,
berjalan diatas kelereng itu terlihat anggun,

saat semua menyanjung itu hal biasa,
bahkan untuk ditinggalkan pun itu Hak mereka,
pasti ada yang datang ketika mereka pergi,
mimik wajahmu memang mengubah segalanya,
itupun saat kau memanfaatkan diriku dipublic,

kamu itu semut yang akan diinjak oleh mereka,
bodohnya aku yang selalu menolongmu,
saat kaki ini tak bisa lagi ku ajak jalan untuk menolongmu,
kau pun tak mengajarkanku tentang bagaimana berjalan itu,

kau selalu saja berjalan pura-pura dengan indah,
semua orang sudah menegurmu, kau tak sadar juga bukan?
mungkin karna kau kehilangan figur seperti kakiku,
terlalu tipis dirimu itu berbanding dengan kakiku, juga diriku, sadarlah!

Iva.yusdiana

malam ini kepengecutanku datang lagi,
aku tetap saja memaksakan untuk terlihat seperti normal,

Aku hanya merasa terhakimi,
Tuhan ini hanya malam ini,

Bukan galau atau lebay,
Hanya sedikit kelabilan,

Udara disana masih saja tetap menungguku,
Aku hanya tidur, mendekam diri bahkan hampir punah sebagian tubuhku.

Namun mereka tetap saja menungguku utnuk melihat kuasaMu,
Aku masih saja tersipu malu,

Aku hanya memandangMu malam hari,
Disaat gelap, lampu kuning itu yang bisa membuat orang tidak mengetahui kecacatanku,

Pagi ini tetap saja datang lagi,
Matahari maafkan cacatku yang terlalu panas akan hadirmu.

Senin, 11 Juni 2012

Mas Diana

Mas,
kurelakan aku tak bertikar hingga matahari bersinar,
Mas,
kurelakan tenggorokan gatal dan tubuh menggigil,
Mas,
kurelakan separuh hatiku setiap hari untuk keluarga ini,
Mas,
kusayangkan anak-anak kita yang hanya mendapat kasih sayang dari pernikahan kita,
Mas,
memang sudah jalan dari Tuhan,
Mas,
aku tetap mengibarkan bendera setia hingga mati,
Mas,
peluk aku serta 2 buah hati kita sekali saja untuk damainya semua hati.

Widya Diana

Bu, terimakasih untuk widya,
nama yang bagus kau persembahkan untukku yang lahir lewat rahimmu,

Bu, namun sesungguhnya berat sekali kantong yang telah kau beri dipundakku ini,
Bu, bukankah waktu tidak boleh terpisah dari ruangnya,

namun bu, sesungguhnya kepergianmu melebihi sakitnya tubuhku saat lelah bekerja,
Bu, berat rasanya membuka pintu rumah biru ini dengan lantai yang kurang enak dimata,

Bu, sepertinya aku lelah,
namun aku masih punya banyak tanggungjawab kan bu?

Bu, seandainya kau disisku, kau pasti menjelaskan tentang bagaimana pernikahan itu bukan?
Bu, semua orang didesa hingga padi yang bergoyang riyang tetap saja mendesakku untuk dipinang seorang lelaki,

Bu, memang sudah tidak zaman siti nurbaya,
namun aku ingin jodohku kau pertemukan denganku langsung didepan 2 bola mata belokku,

Bu, aku telah berhasil.
berhasil menjadi sepertimu serta ayah didalam rumah ini.


3 Senja dan Bulan Diana

sepertiga malam, mata masih saja terbuka,
begitu absurd apa yang ada didalam kepala migrain ini,
Ibu...
harusya kau peluk aku,
harusnya kau satu selimut denganku,
harusnya kau satu atap serta satu ranjang denganku,

Ibu...
kini subuh telah datang,
kau tetap saja tak datang,
padahal ayam jago pak carik hendak bekerja,
matahari juga  hendak mensinarkan cahaya cantiknya,
hingga senja tenggelam dengan 3 warna yang indah,
namun 3 warna senja itu tergantikan oleh 1 bulan yang menghidupkan cahaya dunia ini,

Ibu...
begitu pula 3 anak perempuanmu yang selalu indah seperti warna senja itu,

Ibu...
kau adalah bulan itu,
meski sangat jauh kami melihat.
kami tetap mati-matian menjalani hidup ini tanpamu disisi kami,
namun cahaya bulan memang seperti dirimu  yang selalu menguatkan hidup kami,

Ibu...
kau pasti tersenyum disurga sana,
kami harapkan kau memang selalu tersenyum untuk melihat 3 anak perempuanmu yang selalu bersatu untuk bulan.




Jumat, 08 Juni 2012

IBU
Ibu yang ku tau, aku adalah anakmu,
lahir yang suci dari rahimmu,
tersenyum karna selalu melihatmu,
Ibu...
aku tau,
semua sudah takdir dari Tuhan,
Ibu...
coffee ini memang tidak sehangat pelukanmu,
tangan ini sudah tidak bisa menyentuh kaki indahmu,
Ibu...
jemputlah aku jika aku sudah siap nanti,
dan memang sudah waktunya,
Ibu...
aku mencintaimu hingga akhir nafasku

Rabu, 06 Juni 2012

PEREMPUAN dan SALON

Perempuan dan Salon

      Tiba-tiba sunyi menyingkapi diri selebrasi secara kolektif. Mereka harus ada diwaktu modern. , waktu-waktu itu harus di lakukan oleh tempatnya, waktu tidak boleh terpisah dari ruangnya kuhabiskan waktu senja ini untuk ke salon di salah satu mall di Semarang. Beberapa perempuan bilang bahwa salon adalah darahya dan  salon adalah hidupnya.
 Remasan tangan pria itu begitu lemasnya dan kerasa sampai ketulang rusukku. Dengan sedikit obrolan  priya yang sedang mencuci rambutku yang memang butuh perawatan.

“Sendirian kak”. Dia memanggilku dengan panggilan kak, padahal umurnya jauh lebih tua dariku.
“Tidak, aku bersama kakakku dia masih di luar”.
“Dari mana tadi kak”.
“Dari Solo, terus dijemput kakak di semarang  dan disuruh nyuci rambut di sini”.
“Sekarang kuliah di Solo kak”. Dia tau sedikit aktifitasku karna aku sering memanjakan beberapa organ tubuhku disalon ini.
Dia sosok lelaki yang bisa dibilang cakep, namun dia kerja disalon hanya karna terpaksa menyekolahkan adiknya yang duduk dibangku SMA kelas 1, sempat nama baiknya tercoreng karna dia bekerja disalon, tetapi dia selalu ingat adiknya jadi dia secara tulus, cinta serta ikhlas bekerja disalon tersebut sekarang.
      Dengan mengangkat kepalaku bersamaan dengan handuk, aku dibawa ke depan kaca untuk mengeringkan rambutku yang telah selesai dicuci.
Sambil memegang hairdraiyer untuk mengeringkan rambutku dia berkata “Mau digunting model apa kak ini”.
Kupikir dengan kepala  pusing dan hanya ku jawab “Yang buatku pantas saja”.

     Ada bayak orang disalon ini dan tepat disamping kanan ku adalah seorang wanita berjilbab besar dan sering kulontarkan lirikan mataku yang menuju padanya lewat kaca besar dan panjang dihadapanku. Karna dalam hatiku berkata (wanita yang begitu juga nyalon juga ternyata). Wanita itu didampingi oleh anak dan suaminya yang rela menunggu,namun lama-kelamaan  anak dan suaminya pun disuruh cuci rambut juga  karna terlalu lama menunggu dan perempuan itu sedang perawatan dikaki atau sering salon menyebutnya “Menicure Padicure”.
      Dan sedangkan yang disebelah kiriku seorang perempuan cantik tubuh yang tinggi diiringi sexy. Beberapa kali juga kulontarkan lirikan mataku untuk perempuan yang cantik disebelah kiriku yang sedang perawatan rambutnya atau creambath dengan memanggakat telfon dengan suara yang merdu sepertinya ditelfon oleh seorang lelaki karna dia sempat melontarkan kata-kata jangan gitu dong om. Sepertinya perempuan itu datang  sendirian dan masih  single. Sempat beberapa pria telah menggodanya. Dia hanya melirik dan tetap focus pada telfonannya itu.
      Tiba-tiba kakak ku telah selesai dicuci dan sedang dikeringkan rambutnya disebelah kiri perempuan yang cantik itu. Aku yang lebih dulu selesai dibanding kakak ku dan akhirnya ku tunggu kakak ku dilobi tempat dimana banyak cowok yang sedang hang out bersama ceweknya namun ceweknya yang harus melakukan perawatan disalon dulu dan akhirnya mereka menunggu sampai datangnya bidadari-bidadari yang telah diubah oleh salon itu. Banyak juga bapak-bapak yang sepertinya menunggu istrinya untuk perawatan disalon, karna berjam-jam berada disalon tersebut, beberapa ada yang ketiduran disini.
       Sebenarnya sangat malas untuk kesalon dan sedikit kasihan dengan uangku yang harus ku buang disalon padahal masih banyak hal yang lebih penting dari sekedar itu. Namun kesalon sudah sebagai kewajiban bagi umat perempuan di dunia ini. Hampir seluruh perempuan memanjakan dirinya disalon, bahkan ada juga yang mengorbankan segala sesuatu yang lebih penting hanya untuk perawatan disalon.
      Burung terbang kelangit tinggi melihat indahnya dunia ini, tapi satu yang buat semua terhenti awan hitam datang menyelimuti langit ini. Sempat ku temukan beberapa perempuan bicara bahagiakan diri dengan cara ku sendiri, belanja atau kesalon yang gak penting tiap hari adalah luapan emosi jiwa yang tak terkendali, setidaknya bisa membuat tersenyum karna bisa berada dikeramaian.
     Dan bila mentari esok kan bersinar lagi tak akan berubah dengan sikap perempuan yang hampir tiap hari selalu meramaikan salon, jarang sekali salon itu damai, sunyi senyap. Beberapa salon hanya  berisi suara-suara yang khas dari aura wanita.
      Sebenarnya hanya ingin tampil cantik bersih dan indah enak dipandang itulah tujuan perempuan ke salon. Banyak pria berkata cantik itu relative, namun sesungguhnya cantik itu bukan relative cantik itu mahal.
      Meski hujan turun dan pelangi belum sempat muncul serta berbagai gelombang yang dimana angin dapat meratakannya kembali dan hiraukan burung pantai melonteh hina karna semua akan hilang dengan datangnya senja.  itulah perempuan dan salon.

SUAMIKU TERCINTA

Suamiku tercinta


     Saat senja menjemput dia selalu pulang kerumah ini untuk menemuiku beserta ke dua buah hati kami (Kantona&Sakti). Nama yang telah kami berdua sepakati, setelah 9 bulan aku mengandung mereka berdua dan ku lahirkan secara sesar. Aku hanya mencintai dengan tulus dan ikhlas 4 lelaki di hidupku, mereka adalah ayah, suami dan kedua anak ku.
     Pernikahan adalah sesuatu yang sacral bagiku, hujan akan turun namun semua sirna akan hadirnya cinta kita yang ikhlas serta tulus. Pagi menjelang siang itu, 10 januari 2007 aku telah mengikat janji sehidup semati dengannya, akan kuterima sebagai istri dengan apapun yang menimpa dirinya, kekurangan dan kelebihannya, dan seluruh hidupku akan berjalan dengannya.
     Sebelumnya aku telah bekerja di salah satu SMP swasta didaerah kotaku, sebelum aku mengikat janji sehidup semati,mau tidak mau aku harus meninggalkan pekerjaanku serta keluargaku dan membina rumah-tangga di salah satu perumahan di Solo yang telah dia beli untuk tempat tinggal kami. Karna aku mengidolakan suami yang sudah punya rumah sendiri sebelum nikah. Dan dia lolos dalam persyaratan itu.
     Setelah satu setengah tahun pernikahan kami berjalan, munculah buah hati kami yang pertama kami sangat bahagia begitu Kantona nama yangtelah kami sepakati sebelum lahir. Namun aku sempat merasa gagal menjadi seorang ibu karna aku melahirkannya dengan sesar tidak normal. Karna ibu mertuaku sempat bilang jalan utama menjadi seorang ibu yang benar-benar berhasil adalah melahirkan anaknya dengan normal dari rahimnya tanpa sebuah oprasi. Disaat aku merasa gagal suamiku tercinta selalu berkata, kita akan tetap bahagia. rumah akan ramai dengan suara tangisan atau senyuman anak kita nanti, kau tetap menjadi ibu yang berhasil dari bayi yang lahir dengan sempurna ini.
     Rumah kami yang biasanya hanya mendengarkan serta menyaksikan obrolan kemesraan kami sekarang sudah berbeda karna sudah ada Kantona dirumah ini dan meramaikan rumah ini, saat Kantona berusia dalam satu tahun tiba-tiba ada janin yang muncul lagi dirahim ku, karna aku merasa terlambat datang bulan. Kami putuskan untuk periksa kedokter dan aku dinyatakan positive hamil.
     Aku melahirkan anak kedua kami dengan sesar lagi dan Sakti lah nama yang telah kami pilih untuknya, dan lagi-lagi ibu mertua berkata aku gagal lagi menjadi seorang ibu yang berhasil, namun suamiku tetap setia menemaniku dan berkata jangan hiraukan kata-kata itu.
     Rumah menjadi berbalik sudah seperti mall stelah kami ber 4 berkumpul dirumah ini.
     Namun disaat keluarga kami benar-benar sempurna, ekonomi keluarga kami lah yang sedang cacat! Hotel tempat dimana suamiku bekerja sudah tidak bisa menggaji seluruh karyawan. Sempat down ketika suamiku pulang kerja dan mengatakan padaku ketika anak-anak sudah pada terlelap. Saat ini hanya aku yang bekerja dan bertukar pekerjaan bersama suamiku, seluruh isi rumah beserta anak suamiku lah yang mengurusnya dan aku masih tetap menjadi seorang guru disalah satu SD swasta di solo, setelah mondar-mandir melamar kesana kemari  tepat dimana suamiku sudah tidak lagi bekerja aku telah diterima di SD itu,
     Tuhan memang begitu adil mengatur scenario hidup ini. Suamiku setiap hari tetap mondar-mandir mencari pekerjaan, kadang jika tubuh ini merasa lemah letih lesu sempat ku marahi suamiku, namun dia tetap membisu tak satu katapun keluar dari mulut indahnya.  Karna dia merasa tidak bisa menghasilkan uang. Aku sudah tidak penah lagi nyetlika mencuci piring mencuci pakaian nyapu dan ngepel aku sudah tidak pernah menyentuh itu semua. Hanya memasaklah yang aku lakukan setiap hariku. Setiap pulang kerja pekerjaan rumah sudah beres semua.
     Setelah setahun menjadi pengangguran UNS membuka lowongan dosen pariwisata dan itu tepat jurusan suamiku. Suamiku hanya D3 sempat dia ragu namun aku memaksa dia untuk mendaftar menjadi dosen itu, dan setelah semua persyaratan mendaftar sudah dikirim, seminggu setelahnya telah diumumin bahwa suamiku keterima dan akan dibiayai oleh UNS untuk transfer S1-S2. Sebuah keajaiban telah datang pada keluarga kami. Suamiku hebat telah mengalahkan semua orang yang sudah bergelar S2 sementara dia adlah D3.
     Kebahagiaan yang telah sirna itupun kembali datang dalam keluarga ini. Semua kehidupan berjalan lancer seperti waktu kami memikat perjanjian sehidup semati. Memang cinta itu seperti air, sangat dibutuhkan dimana saja, gratis. Tapi banyak yang tidak menghargainya. Aku sadar setelah suamiku diterima di UNS. Karna sebelumnya aku sering tidak menghargainya. Karna aku merasa aku yang mencari uang dalam keluarga ini.
     Tiba-tiba adik dari suamiku telfon bahwa di kudus ada lowongan pekerjaan dibank dan honor perbulan lebih besar dari seorang dosen. Malam itu ketika semua bintang menjadi saksi, dia berkata padaku bahwa dia ingin sekali mencoba melamar dibank itu.
Dan aku hanya menjawab               
     “Jika itu yang terbaik buat keluarga ini dari Tuhan, aku setuju.”
     “kamu rela kita berpisah rumah ma.”
     “Aku rela-rela saja, coba kau melamar dulu pa, jika diterima itulah yang terbaik dari Tuhan untuk keluarga ini.”

     Dan suamiku akhirnya  melamar pekerjaan itu, seminggu tepat setelah melamar telfon berbunyi dan itu dari bank itu dan menyatakan suamiku telah diterima dan bisa mulai kerja minggu depan. Hatiku sebenarnya gak kuat untuk membimbing kedua anakku hanya seorang diri tanpa ada suami dirumah, meskipun status dia tetap suamiku namun aku hanya dirumah ini sendiri dan berperan sebagai ayah dan ibu untuk kedua anakku.
     H-1 telah tiba dia berangkat dengan membawa beberapa pakaian yang telah aku tatakan rapi didalam koper merah itu. Dengan beberapa air mata yang terpaksa jatuh aku memilih dan menata pakaian itu dalam koper yang akan dibawanya, karna dia sedang mandi.
     Kantona dan Sakti menangis ketika dia hendak pergi dibawa oleh mobil merah itu. Aku hanya bermuka tegar dan membujuk anakku untuk tidak menangis didepan rumah kami, suamiku berpamitan denganku dan mengecup kening dengan beberapa air mata yang keluar dari matanya, sementara Kantona dan sakti telah dia peluk erat dengan wajah yang begitu merasa tidak sanggup meninggalkan rumah ini, namun ini hanya untuk meningkatkan segala sesuatu yang ada dalam keluarga kami. Aku yang berdiri dibelakangnya hanya melihat dengan perasaan campur aduk, tiba2 dia melangkah kebelakang bersama kedua anak kami dan dia memeluk erat kami semua, tangisan Kantona dan Saktipun semakin menggelegar suaranya.
     Sehari menjalani kehidupan tanpa dia adalah mati buatku, namun aku harus membimbing Kantona dan Sakti, aku harus bisa menjadi ibu yang serbaguna. Pagi buta-buta Segala pekerjaan rumah mulai dari menyapu-memasak aku lakukan sendiri sekarang. Tidak ada yang memanjakanku lagi. Kulakukan pekerjaan itu dengan rasa yang tidak karuan karna sudah lama aku tidak pernah melakukan pekerjaan itu. Kaki dan tangankupun banyak kegosongan atau banyak orang bilang bahwa itu adalah tanda kecapekan.
     Malam tiba dan aku berhasil menidurkan Kantona dan Sakti. Beberapa panggilan tak kujawab darinya karna aku tadi sedang menidurkan kedua anak kami. Kutelfon dia saat semua anak kami terlelap dan dia berkata dalam telfon itu
     “Gimana dengan hari ini, kerjaanku begitu lancar meski baru pertama kali masuk”.
     Aku meneteskan air mata dan ku jawab “Aku sedikit kelelahan karna harus mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri, aku butuh pembantu dan tugasku hanya membimbing Kantona dan Sakti serta mengajar dan memasak”.
     “Kalau begitu besok kamu nyari pembantu aja yang nginep dirumah kita, aku 2 minggu sekali akan pulang untuk menemuimu beserta buah hati kita”.
     “ya akan ku usahakan dan kutunggu selalu kepulanganmu”.
Kami mengobrol panjang lebar dan tidak sadar sudah jam 12 malam. Kami mengakhiri telfon itu dan sepakat untuk tidur. Aku hanya memandang wajah kedua anakku dan ku peluk guling saat hendak menutup mata. Untuk menyambut datang nya mentari.  Serasa ada yang hilang dalam hidup ini. Namun inilah takdir dari Tuhan untuk kehidupan rumah tanggaku dan latihan membuat rumah tangga yang sempurna, karna cobaan ini menandakan aku adalah istri yang kuat serta hebat.
     Selamanya aku akan terus mencintai suamiku, aku selalu menunggu di rumah ini beserta kedua anakku untuk kepulangannya kerumah ini. Love will find a way, Karna anakku membutuhkan kasih sayang seorang ayah. Like father, like son. So man proposes, god dispossess